Debut layanan KRL non AC sendiri dimulai sejak 18 Juli 1976 dengan didatangkannya KRL non AC dengan kondisi barang baru yang memiliki sistem traksi rheostatik dan berbodi baja ringan (mild steel), sehingga seringkali disebut sebagai rheostatik mild. Rangkaian jenis pertama ini memiliki 2 pintu di setiap sisinya, yang menggunakan desain serupa dengan jenis KRD MCW 301 dan memiliki 4 unit kereta untuk setiap rangkaian yang berkode seri KL3-76. Kemudian, secara berturut-turut mulai tahun 1978 didatangkan kembali jenis KRL serupa dari pabrikan Jepang yaitu Nippon Sharyo dengan kode seri KL3-78, KL3-83 dan KL3-84.
Seiring perkembangan masa, PJKA pada masa itu membutuhkan layanan KRL dengan kelas bisnis, sehingga didatangkan kembali KRL dengan traksi rheostatik namun menggunakan bodi stainless steel yang berkode masing-masing KL2-86 dan KL2-87 dengan fasilitas tambahan berupa toilet di kereta ujung berkabin masinis, di mana KL3-76 hingga KL3-84 diposisikan sebagai armada kelas ekonomi. Salah satu dari KRL rheostatik berbodi stainless kemudian dimutakhirkan dengan perangkat AC sehingga memiliki kode KL1, yang dioperasikan sebagai rangkaian Pakuan Utama setelah peresmian jalur layang dari stasiun Manggarai hingga stasiun Jakarta Kota.
Memasuki tahun 1992, armada KRL ekonomi bertambah dengan seri KRL buatan INKA yang bekerja sama dengan pabrikan Hyundai/ABB dengan desain dan formasi yang sama dengan KRL rheostatik berbodi stainless steel, perbedaannya terletak pada sistem traksi yang digunakan berupa VVVF-IGBT dan model pantograf yang digunakan berbentuk lengan tunggal (single arm). Namun, pada 2 tahun operasionalnya, KRL yang diproduksi 2 rangkaian tersebut mengalami kecelakaan yaitu benturan dengan KRL bisnis jenis BN/Holec di Kampung Bandan saat dioperasikan dalam 1 set rangkaian, sehingga dianggap tidak handal dan disimpan di Balai Yasa Manggarai.
Pada rentang 1994 hingga 2000, tidak terjadi penambahan armada KRL ekonomi, namun pada KRL bisnis terjadi penambahan armada dari INKA berupa rangkaian KRL BN/Holec (Belgie-Netherland / Holland Electric Ridderkerk) dan KRL Hitachi dengan sistem kerjasama dalam hal perakitan serta pemasangan komponen. Sayangnya, banyak KRL BN/Holec yang kemudian mengalami kerusakan dan gangguan selama pengoperasian sehingga jumlah rangkaian yang dapat dioperasikan di lintas menurun drastis.
Masa pengoperasian KRL rheostatik berbodi stainless, KRL BN/Holec dan KRL Hitachi sebagai KRL kelas eksekutif dan bisnis pun berakhir dengan dimulainya kedatangan rangkaian KRL eks Toei 6000 dengan status hibah dari pemerintah kota Tokyo di Jepang sebanyak 72 unit kereta. Seluruh fasilitas toilet pada KRL rheostatik stainless pun dihilangkan, begitu juga model kursi yang saling berhadapan pada KRL BN/Holec dan Hitachi diubah seluruhnya menjadi model melintang atau transverse seat. Dengan demikian, maka seluruh set tersebut bergabung dengan armada KRL rheostatik dengan bodi mild steel, kecuali Hyundai/ABB yang hanya bertahan beberapa bulan saja setelah kembali ke lintas.
Datangnya KRL AC impor dari Jepang secara berturut-turut membuat posisi KRL rheostatik stainless, KRL BN/Holec dan KRL Hitachi berada pada keadaan beban yang sedemikian berat, beban ini dirasakan sekali oleh KRL BN/Holec sehingga pada tahun 2011 operasinya terhenti sepenuhnya dan beberapa unit yang lebih dulu tak beroperasi dijadikan KRDE untuk operasional di daerah lain yang tidak dielektrifikasi bersama dengan KRL Hyundai yang lebih dulu tak dapat dioperasikan di Jabodetabek. Di lain pihak, KRL rheostatik mild maupun stainless sendiri selama ini mengalami beban rangkaian berlebih pada jam sibuk, sehingga seringkali mengalami gangguan dalam perjalanan reguler.
Pada akhirnya, jadwal operasi terakhir untuk KRL ekonomi telah dilakukan pada 24 Juli yang lalu, di mana jadwal perjalanannya terus menerus digantikan dengan KRL AC atau dikenal dengan commuter line dengan tarif yang disesuaikan dengan jarak perjalanan pengguna. Sampai saat tulisan ini dimuat, seluruh KRL ekonomi sudah berada di dalam lingkungan dipo, PUKRL atau balai yasa, menunggu keputusan berikutnya dari PT. Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai operator.
Berikut ini beberapa jenis KRL ekonomi semasa operasinya di lintas Jabodetabek:
1. Rheostatik mild steel KL3-76~84
KL3-76, corak merah-biru
KL3-78~84, orak hijau-putih
KL3-78~84, corak oranye
KL3-78~84, corak hijau
KL3-78~84, corak putih kabin modifikasi (Djoko Lelono 1)
2. Rheostatik stainless steel KL3-86~87
KL2-86~87, corak merah tua
KL1-86 & KL2-86, corak biru (operasi KRL AC pertama)
KL3-86~87, corak merah-kuning
3. KRL BN/Holec Ridderkerk
KL3-94, corak biru
KL3-97~2000, corak oranye
KL3-97~2000, corak merah kuning
4. KRL Hitachi
KL3-97, corak merah-kuning
5. KRL Hyundai/ABB (sekarang telah dimodifikasi menjadi KRDE)
KL3-92~93, corak merah-biru
Dalam hal ini, lintas Tangerang adalah yang terlebih dahulu menghapus seluruh layanan KRL ekonomi non AC, yang mana kemudian diikuti oleh lintas Serpong, di mana yang terakhir kalinya mengoperasikan KRL ekonomi non AC adalah lintas Bogor dan Bekasi. Lintas menuju stasiun Tanjung Priok sendiri tidak pernah lagi dilayani KRL ekonomi non AC sejak ditutupnya lintas Ancol-Tanjung Priok pada masa 90-an.
Dengan terhentinya operasi KRL ekonomi non AC, beberapa rangkaian KL3-76~84 telah dikirimkan untuk dirucat dan beberapa unit lainnya sedang diupayakan dalam usaha preservasi, sementara KL3-86~87 & KRL Hitachi direncanakan untuk dimutakhirkan dengan perangkat AC. KL3-97~2000 sendiri sudah memiliki unit yang dimutakhirkan dengan fasilitas AC dan pembaharuan baik dari sisi eksterior maupun interior.
Demikian informasi yang dapat penulis sampaikan, semoga bermanfaat.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk layanan dan armada KRL ekonomi non AC yang sudah mencapai 37 tahun beroperasi melayani pengguna KRL di lintas Jabodetabek beserta Serpong.
Berita tambahan:
Mulai hari ini seluruh KA Patas kelas ekonomi tujuan Purwakarta dan KA lokal kelas ekonomi tujuan Cikampek tidak lagi berhenti di stasiun Bekasi, akan tetapi untuk kedua KA tersebut yang mengarah ke Jakarta Kota tetap berhenti di stasiun Bekasi.
bravo!
BalasHapusdokumentasi yg pengen tak susun sejak taun 1996. tapi gak pernah motoin sampe sekarang.
terima kasih atas komentar Anda. kebetulan penulis sempat merasakan suasana KRL ekonomi non AC ini pada hari terakhir operasinya, menurut operator penghapusan dilakukan demi peningkatan kualitas layanan KRL.
BalasHapuspengennya sih kereta2 itu dibuat monumen di museum transportasi, sayangnya malah dirucat
BalasHapusTapi beberapa set KRL Holec dan KRL Hyundai sudah dikonversi menjadi KRDE dan sudah beroperasi kembali
BalasHapusdan juga repowering menjadi KRL Holec AC
seharusnya semua KRL ekonomi yang di afkirkan dijadikan saja KRDE/KRD
BalasHapusJadi teringat masa 90an kalo baca ini. Keep posting mas :)
BalasHapus