Pertama, pemberlakuan kenaikan tarif sebesar Rp 2.000 untuk setiap relasi perjalanan, dengan rincian sebagai berikut (dapat juga dilihat pada poster di bawah ini):
Bogor - Jakarta Kota/Jatinegara pp (ボゴル - ジャカルタコタ・ジャティネガラ) = 9.000 rupiah/ルピア
Bogor - Depok pp (ボゴル - デポック) = 8.000 rupiah/ルピア
Depok - Jakarta Kota/Jatinegara pp (デポック - ジャカルタコタ・ジャティネガラ) = 8.000 rupiah/ルピア
Bekasi - Jakarta Kota pp (ブカシ - ジャカルタコタ) = 8.500 rupiah/ルピア
Tangerang - Duri pp (タンゲラン - デゥリ) = 7.500 rupiah/ルピア
Parungpanjang/Serpong - Tanah Abang pp (パルンパンジャン・セルポン - タナアバン) = 8.000 rupiah/ルピア
Hingga saat ini, banyak sekali pihak yang meragukan realisasi janji dari PT. KCJ setelah sistem tarif yang baru ini diberlakukan, terlebih karena kondisi sarana dan prasarana yang dinilai kurang memadai. Selain itu masalah ketepatan waktu, frekuensi gangguan wesel, gangguan kelistrikan, gangguan persinyalan dan berbagai jenis gangguan lainnya masih menjadi pertimbangan pengguna KRL dalam menentukan perubahan tarif seperti di atas.
Kedua, rangkaian khusus pengguna wanita merupakan satu set rangkaian KRL yang keseluruhan ruang pengguna dalam unit keretanya diperuntukkan bagi pengguna wanita. Rangkaian yang dikhususkan tersebut tidaklah menghapus keberadaan unit kereta khusus pengguna wanita pada rangkaian reguler lainnya, hanya saja rangkaian tersebut menempati 4 jadwal yang sebelumnya digunakan oleh rangkaian reguler dengan kereta khusus wanita di kedua ujungnya.
Berikut ini adalah jadwal perjalanan dari rangkaian khusus pengguna wanita (josei senyoo hensei/女性専用編成) yang penulis peroleh dari sumber terpercaya:
Terlihat pada lampiran jadwal di atas bahwa 4 perjalanan dari rangkaian khusus pengguna wanita atau RKW ini merupakan KLB atau nomor perjalanan baru, sementara 4 lainnya mengambil dari jadwal perjalanan rangkaian reguler. RKW ini kemungkinan juga bisa berlaku untuk rute lainnya, namun pada tahap uji coba baru akan diterapkan untuk relasi Bogor saja.
Hal yang penulis khawatirkan dari pelaksanaan sistem RKW ini adalah apabila terjadi gangguan pada lintas di mana salah satu armada mengalami kerusakan atau gangguan teknis, dan di belakang armada tersebut dijalankan RKW maka ada kemungkinan pengguna KRL yang tidak sabar menunggu secara bersamaan akan segera berpindah ke RKW tersebut sehingga RKW tak ubahnya seperti KRL ekonomi jurusan Bogor-Jakarta yang setiap harinya dijubeli pengguna yang naik di atap dan mengganjal pintu setiap unit kereta, mengingat rangkaian KRL AC reguler yang berada di belakang armada (KRL ekonomi/KRL AC) yang mengalami gangguan selama ini selalu menjadi korban dari ketidaksabaran pengguna yang terlanjur kesal akibat adanya gangguan pada lintas sementara mereka harus mengejar waktu untuk dapat sampai ke tujuan.
Demikianlah dua bahasan utama KRL Jabodetabek yang dapat penulis berikan pada saat ini, semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Tak lupa penulis mengucapkan selamat hari jadi ke-67 untuk PT. Kereta Api (Persero) yang ditetapkan hari ini berdasarkan tanggal berdirinya DKA (Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia) sebagai pionir yang mengelola hasil nasionalisasi aset perkeretaapian dari pihak Dai Nippon sejak 28 September 1945.
Tak lupa penulis mengucapkan selamat hari jadi ke-67 untuk PT. Kereta Api (Persero) yang ditetapkan hari ini berdasarkan tanggal berdirinya DKA (Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia) sebagai pionir yang mengelola hasil nasionalisasi aset perkeretaapian dari pihak Dai Nippon sejak 28 September 1945.